Teripang pasir (Holothuria scabra)
Penulis: vna.id
Halo sahabat BIC, kalian tahu teripang? Teripang atau biasa kita kenal dengan timun laut merupakan hewan laut yang tidak memiliki tulang belakang dan bertubuh panjang. Biasanya ditemukan di dasar laut pada zona intertidal sampai kedalaman 20 meter. Di Indonesia sendiri terdapat 350 jenis teripang yang tersebar di perairan Indonesia. Salah satu jenis teripang yang tak asing dijumpai di perairan indonesia adalah Teripang pasir atau Holothuria scabra. Teripang pasir merupakan salah satu hasil laut yamg memiliki nilai penting dengan nama lain teat fish, sea cucumber dan ginseng laut (Arisandi, 2007).
Klasifikasi
Menurut Hickman et.al., (1974)
dalam Rusyani, dkk (2003)
teripang pasir diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Sub-filum
: Echinozoa
Kelas
: Holothuroidea
Sub-kelas
: Aspidochirotda
Ordo
: Aspidoochirota
Famili
: Holothuriidae
Genus
:
Holothuria
Species : Holothuria scabra Jaeger
Sumber
: chaloklum-diving.com
Morfologi
Teripang pasir
memiliki tubuh berbentuk bulat memanjang menyerupai silinder berwarna abu-abu atau hitam
dengan bagian tubuh atas
keriput dan melintang berwarna gelap. Mulutnya
ada pada salah satu ujung
yang dikelilingi oleh
kentakel atau lengan
peraba yang kadang bercabang-cabang dan
dubur pada ujung lainnya (Jaeger, 1883). Permukaan tubuh teripang tidak
bersilia dan diselimuti lapisan kapur, yang ketebalannya dipengaruhi
umur. Menurut James dkk. (1994) teripang pasir mempunyai panjang
maksimal 40 cm dan bobot saat kondisi hidup adalah 500 g, serta matang gonad
saat usia 18 bulan. Ukuran saat matang gonad pertama diperkirakan 20 cm, dan
usia teripang bisa mencapai 10 tahun.
Sumber : https:// belajar.kemendikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar
Ekologi
Sifat biologis teripang pasir yang khas adalah hidup pada habibat pasir atau lumpur yang ditumbuhi tanaman lamun pada kedalaman relatif dangkal. Teripang juga merupakan deposit feeder atau pemakan endapan dan suspension feeder atau pemakan materi tersuspensi (Azis, 1996). Makanan utama teripang pasir adalah zat-zat organik yang terdapat dalam pasir dan detritus. Teripang pasir memiliki perilaku mengeluarkan sebagian isi perutnya bila disentuh dengan kasar oleh tangan melalui anus ataupun mulut (Romimohtarto dan Juwana, 2005). H. scabra dapat ditemukan di seluruh perairan pantai dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut lebih dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat (Martoyo et al., 2006). Di Indonesia penghasil teripang pasir terbesar adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, teripang pasir juga banyak ditemukan di Bali, Lombok, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Pantai Madura, Timor, Kepulauan Maluku, Bangka, Belitung, Kepulauan Seribu dan Riau Arisandi, 2007.
Pemanfaatan
Kelompok biota laut yang memiliki istilah timun laut ini juga merupakan hasil laut yang bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai potensi sebagai bahan baku obat dan alternatif sumber pangan. Di Indonesia, teripang pasir telah banyak dimanfaatkan sebagai produk olahan seperti konoko (gonad kering), otot kering, konowata (usus asin), dan kerupuk. Teripang juga digunakan sebagai tonik dan obat untuk memelihara kesehatan darah, mengatasi gangguan ginjal, sistem reproduksi dan sistem pencernaan (Kordi 2010).
Hewan
unik ini memiliki bahan alam yang kaya akan metabolit sekunder, diantaranya
steroid, sapogenin, saponin, triterpenoid, glycosaminoglycan, lektin, alkaloid,
fenol dan flavonoid, dll. Kandungan di dalam teripang pasir seperti sapogenin
steroid, triterpen glikosida, dan holostan memiliki fungsi sebagai antibakteri,
antimikroba, dan antijamur (Bordbar et al., 2011). Kandungan senyawa bioaktif lainnya
yang dimilikinya, H. scabra dapat digunakan sebagai antikoagulan dan
antitrombotik, menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah, antikanker dan
antitumor, antibakteri, imunostimulan, antivirus, antimalaria (Farouk et al.,
2007). Berdasarkan beberapa penelitian H. scabra telah terbukti sebagai agen
antibakteri yang potensial. Potensi ekstrak antibakteri dari H. scabra dapat
berasal dari adanya agen antibakteri yaitu steroid (Bordbar et al., 2011),
saponin (Abraham et al., 2002), dan triterpenoid (Farouk et al., 2007). Teripang
pasir juga dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi (Amin, 2012).
Sumber :
- https://media.neliti.com/media/publications/125384-ID-none.pdf
- http://markkp.blogspot.com/2017/05/teripang-pasir.html
- http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2017/08/PUTRI-ARDIANA-130254242002.pdf
- https://media.neliti.com/media/publications/124313-ID-none.pdf
- https://www.researchgate.net/publication/324834791_Pertumbuhan_dan_Kelangsungan_Hidup_Teripang_Pasir_Holothuria_scabra_yang_Dibudidayakan_pada_Karamba_Jaring_Tancap_Growth_and_Survival_Rate_of_Sea_Cucumber_Holothuria_scabra_Cultured_in_Pen_Culture
- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Comments
Post a Comment