Pembuatan Sabun Dengan Lidah Buaya (Aloe vera) Sebagai Antiseptik Alami
PEMBUATAN
SABUN DENGAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA)
SEBAGAI ANTISEPTIK ALAMI
Penulis: Raisa Rafa Zafira
Lidah buaya dikenal sebagai tanaman hias dan banyak digunakan
sebagai bahan dasar obat-obatan dan kosmetik. Lidah buaya sering dikenal dengan
Aloe vera disajikan secara visual
pada Gambar 1. Selain berfungsi sebagai antiseptik, lidah buaya juga dapat
menghaluskan dan melembabkan kulit. Hal ini disebabkan karena lidah buaya
mengandung lignin atau selulosa yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit
serta menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak
cepat kering dan terjaga kelembabannya.
Gambar 1. Lidah buaya
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera
Lidah buaya (Aloe vera (L.)
Webb.) memiliki banyak manfaat yakni sebagai sumber penghasil bahan baku
untuk aneka produk industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Lidah buaya
memiliki kandungan saponin yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan dan
bersifat antiseptik. Lidah buaya adalah
salah satu tanaman yang
berkhasiat untuk menjaga kesehatan kulit. Keistimewaan lidah buaya terletak pada
gelnya yang mampu
untuk meresap di dalam jaringan kulit, sehingga banyak menahan
kehilangan cairan yang terlalu banyak dari dalam
kulit. Selain itu, lidah buaya juga mengandung accemanan yang berfungsi
sebagai anti virus, anti bakteri dan anti jamur. Accemanan juga dapat
menghilangkan sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan memanfaatkan
lidah buaya sebagai bahan pembuatan sabun, tidak hanya mampu membunuh bakteri,
tetapi juga dapat melembutkan kulit. Hal ini disebabkan karena adanya lignin
yang berguna untuk menjaga kelembaban kulit serta menahan air di dalam kulit,
sehingga tidak terjadi penguapan yang berlebihan.
Dalam lidah buaya terdapat komponen aktif yaitu saponin yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh mikroorganisme. Saponin dalam lidah buaya
akan menghasilkan busa apabila bercampur dengan air. Zat ini berfungsi sebagai
antiseptik. Saponin berfungsi sebagai pembersih dan memiliki sifat-sifat
antiseptik. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika
direaksikan dengan air dan dikocok, maka akan terbentuk buih yang dapat
bertahan lama. Kadar saponin dalam lidah buaya sekitar 5,651% per 100 gram.
Kandungan zat aktif yang berfungsi sebagai antiseptik ini banyak
ditemukan pada gel lidah buaya. Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh
dengan cara menyayat bagian dalam daun. Gel lidah buaya bersifat sangat
sensitif terhadap udara terutama O2, CO, uap air, dan cahaya radiasi yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi browning.
Lidah buaya sebagai antibakteri, maka dilakukan uji bakteri antara tangan yang tidak diolesi lidah buaya dan tangan yang diolesi lidah buaya.
Tabel 1. Hasil uji bakteri lidah buaya
Lidah buaya
memiliki kemampuan antiseptik dikarenakan jumlah bakteri pada tangan menurun
setelah diolesi dengan lidah buaya. Hal ini membuktikan bahwa, sehingga lidah
buaya dapat digunakan sebagai sabun.
REFERENSI
Santhi, M., Triasswari, N. P. M., Made, R. F. N., & Wrasiati,
L. P. (2020, October). Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Tangan Dan Hand Sanitizer
Dengan Memanfaatkan Aloe Vera Sebagai Pengganti Gliserin. In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL PERTANIAN (Vol. 1, No. 1, pp. 16-24).
Gusviputri, A., PS, N. M.,
& Indraswati, N. (2017). Pembuatan sabun dengan lidah buaya (aloe vera)
sebagai antiseptik alami. Widya
Teknik, 12(1), 11-21.
Putra, E. P. D., Ismanto,
S. D., & Silvy, D. (2019). Pengaruh Penggunaan Gel Lidah Buaya (Aloe Vera)
pada Pembuatan Sabun Cair dengan Pewangi Minyak Nilam (Patchouli Oil). Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 23(1), 10-18.
Mardiana, U., & Solehah, V. F. (2020). Pembuatan Sabun Berbahan Dasar Minyak Jelantah Dengan Penambahan Gel Lidah Buaya Sebagai Antiseptik Alami. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 20(2), 252-260.
Yusuf, R. N., Fransica, D., & Niken, N. (2021). Pemanfaatan Aloe vera sebagai bahan sabun batang alami. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 72-75.
Rochani,
N. 2007. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis)
Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi. Surabaya :
Fakultas Farmasi UMS Surakarta
Shabella,
R. 2012. Terapi Daun Binahong. Cetakan Ke-1. Klaten: Cable Book
Syarfati K,
Eriani, Damhoeri A. 2011. The potential of jarak cina (Jatrophamultifida L.)
secretion in healing newwounded mice. Jurnal Natural; 11(1):16
Kozier,
B., Erb, G., Blais, K, dan Wilkinson, J.M. 1995. Fundammentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice. California: Addison-Weasley
Manoi,
F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) (Ten) Steenis Sebagai Obat. Jurnal
Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol 15 No 1:3
Winarti,
S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu
Comments
Post a Comment