Potensi Buah Matoa (Pometia Pinnata)
Matoa merupakan tanaman endemik
papua yang telah tersebar di Sumatera,Jawa,Sulawesi,Pulau Sumbawa (NTB) dan
Maluku. Buah ini memiliki rasa yang unik yaitu kombinasi antara rambutan, lengkeng,
dan durian sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu Matoa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh masayarakat (farmasi)
dan kosmetik,
Tanaman
matoa merupakan sejenis tumbuhan yang berasal dari keluarga rambutan-rambutan
(Sapidancea). Tumbuhan ini mempunyai akar tunggang dengan cabang rindang yang
banyak dengan tinggi pohon mencapai 20-40m. Daunnya memiliki ciri berwarna
hijau, berbentuk ujung runcing dan bentuk pertulangan menyirip. Buah ini dapat dibagi berdarkan
warna kulit dan tekstur buah. Matoa berdasarkan warna kulitnya yaitu Emme
Bhanggahe (Matoa Kulit Merah), Emme Anokhong (Matoa Kulit Hijau) Emme Khabhelaw
(Matoa Kulit Kuning) dan berdasarkan tekstur buahnya matoa dibedakan menjadi
dua jenis yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Matoa kelapa memiliki ciri
daging buah kenyal seperti rambutan dengan diameter buah 2,2-2,9 cm dan
diameter biji 1,25-1,40 cm, sedangkan matoa papeda memiliki daging buahnya yang
agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Pengembangbiakan matoa
di Indonesia dapat dilakukan dengan secara
generatif (melalui biji)
maupun vegetatif (melalui
cangkok, okulasi, atau
teknik kultur jaringan). Berikut
merupakan klasifikasi lengkapnya:
Klasifikasi Tanaman berdasarkan Balai
konservasi tumbuhan kebun raya (2019)
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Sapindaceae
Genus : Pometia
Spesies : (Pometia Pinnata J.R.
& G. Forst)
Tanaman matoa diketahui mengandung
senyawa golongan alkaloid, saponin, tanin, flafloid, fenolik, trepenoid serta
mengandung A, C dan E. Kandungan matebolit sekunder berupa saponin, flavonoid
dan tanin memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri (antibakteri).
Kandungan antibakteri dapat menghambat sintesis
protein, merusak dinding sel sehingga dapat menghambat
metabolisme energi pada bakteri. Selain itu Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dengan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya
mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping
glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon. Kandungan ini dapat
ditemukan pada buah, kulit buah dan kulit batang pada matoa.
Kandungan antiokasidan pada matoa
dapat dimanfaatkan sebagai meningkatkkan imunitas tubuh untuk melawan atau
menantang radikal bebas dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani
(2020) menyebutkankulit buah matoa dapat digunakan sebagai sangat berpotensi
sebagai feed additive dalam pakan. Berdasarkan penelitian Febrianto dan
Dwiningsih (2020) matoa dapat dicampurkan ke dalam pembuatan masker pell off
yang memanfaatan kandungan antioksidan didalamnya. Namun dibalik manfaatnya
terkandung glukosa jenuh yang dapat menimbulkan kedaaan tubuh yang lemas dan
tidak berdaya.
Penulis : Murni Indrawati
Daftar Pustaka:
Andriani M. 2020. Kualitas Antioksidan
Senyawa Fitokimia dan Karakteristik Kimia Kulit Buah Matoa (Pometia pinnata)
yang Dikeringkan. Jurnal Veteriner. Vol: 21 (4).
Febrianto y dan Dwiningsih A. 2020. Formulasi Sediaan Masker Peel Offekstrak Etanol Daun
Matoa (Pometia Pinnata J.R. Forst & G. Forst) Dengan Variasi Konsentrasi
Pva Sebagai Gelling Agent. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia. Vol: 3 (1).
Hajar S, et al. 2021. Potensi Ekstrak
Buah Matoa (Pometia Pinnata) Sebagai Sumber Antioksidan: Literatur Review. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis. Vol: 7 (1). Hal:59-66.
Islamiyah A. 2019. Parameter Spesifik
Ekstrak Etanol 70% Daun Matoa (Pometia Pinnata J.R Forst & G. Forst) Hasil
Maserasi. Skripsi. Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang.
Rossalinda, Wijayanti F, dan Iskandar D.
2021. Efektivitas Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) sebagai Antibakteri
Staphylococcus epidermidis. Jurnal Sains dan Terapan Kimia. Vol: 3(1). Hal:
1-8.
Comments
Post a Comment