Manfaat Saccharomyces cerevisiae Pada Bidang Peternakan
Penulis: Ritza Mauliyda S.
Saccharomyces
cerevisiae merupakan khamir sejati, yang termasuk
ke dalam golongan eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastopora
yang berbentuk lonjong, oval, atau silindris yang dipengaruhi oleh strainnya
(Gambar 1). S. cerevisiae dapat
berkembang biak dengan membelah diri melalui bludding cell. Reproduksinya dapat
dipengaruhi oleh jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel serta
keadaan lingkungannya. S. cerevisiae
secara makroskopis memiliki koloni berbentuk bulat, berwarna kuning muda,
memiliki sel bulat dengan jumlah 1-8 askospora (Landecker, 1972). Saccharomyces cerevisiae dapat
dimanfaatkan sebagai probiotik, imunostimulan, prebiotik, serta kegunaan lainnya
dalam meningkatkan produksi ternak (Ahmad, 2005).
Gambar 1.
Saccharomyces cerevisiae (Ahmad, 2005)
Taksonomi
Saccharomyces cerevisiae menurut
Sanger (2004), adalah sebagai berikut:
Super
kingdom: Eukaryota
Phylum:
Fungi
Subphylum:
Ascomycota
Class:
Saccharomycetes
Order:
Saccharomycetales
Family:
Saccharomycetacea
Genus:
Saccharomyces
Spesies:
Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces
cerevisiae sebagai probiotik, probiotik merupakan
imbuhan pakan yang berbentuk mikroba hidup serta menggantungkan dan dapat
mempengaruhi induk semang mellaui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam
saluran perncernaan (Karpinska, et al., 2001). Sedangkan prebiotic adalah bahan
makanan yang tidak dicerna serta tidak memberikan keuntungan pada inang melalui
simulasi terhadap pertumbuhan aktivitas dari sejumlah bakteri yang terdapat
dalam kolon (Roberfroid, 2000). Penggunaan probiotik pada bidang peternakan
bermanfaat untuk kesehatan, pencegahan penyakit, dan produksi. Ternak yang
dapat mengkonsumsi Saccharomyces cerevisiae
adalah golongan ikan, ruminansia dan unggas.
(Ahmad, 2005).
Shin, et al (1989) menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae merupakan
mikroba yang dapat digunakan untuk ternak sebagai probiotik. Pada ternak
ruminansia diberikan S. cerevisiae
untuk meningkatkan bakteri selulolitik dan asam laktat pada saluran pencernaan
(Wina, 2000). Pada ternak domba
dilakukan pencampuran S. cerevisiae
dengan Bioplus didalam ransum untuk mendapatkan peningkatan bobot badan serta
menurunkan konversi pakan pada penelitian Ratnaningsih, (2000) dan hasil yang
diperoleh menunjukkan korelasi yang positif yaitu dengan dosis 4 g/hari
menghasilkan konversi pakan sebesar 6 kg/kg pertambahan bobot badan. Namun
tidak semua isolat S. cerevisiae
dapat digunakan sebagai probiotik, karena harus melalui beberapa macam seleksi
dan dari sejumlah khamir tersebut hanya sedikit yang dapat digunakan.
Saccharomyces
cerevisiae juga dapat berfungsi untuk
imunostimulan. Salah satu bahan yang esensial sebagai imunostimulan adalah
beta-D glukan, dan bahan ini terdapat pada barley dan khamir S. cerevisiae (Ahmad, 2005). S. cerevisiae termasuk ke dalam golongan
cendawan berupa khamir (yeast) pembuat kue dan roti ternyata mempunyai potensi
kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat
tersebut adalah dinding selnya yang mengandung (β (1,3 dan 1,6) glukan . Bahan
inilah yang dipakai sebagai imunostimulan setelah berhasil dipisahkan pada
bagian dinding set S. cerevisiae
(Life Source Basic, 2002).
Keuntungan penggunaan Saccharomyces cerevisiae
sebagai probiotik adalah tidak membunuh mikroba bahkan menambah jumlah mikroba
yang menguntungkan, berbeda dengan antibiotik dapat membunuh mikroba yang
merugikan maupun menguntungkan tubuh serta mempunyai efek resistensi.
Saccharomyces cerevisiae sebagai bahan imunostimulan berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara meningkatkan sistem pertahanan
terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya
(kompiang, 2002; Ahmad, 2005).
Daftar Pustaka
Ahmad RZ. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces
cerevisiae untuk Ternak. WARTAZOA. 15(1). Bogor (ID): Balai Penelitian
Veteriner.
Karspinska, E., B. Blaszcak, G. Kosowska., A.
Degrski., M. Binek and W.B. Borzemska. 2001. Growth of the intestinal anaerobes
in the newly hatched chicks according to the feeding and providing with normal
gut flora. Bull. Vet. Pulawy. 45: 105-109.
Kompiang IP. 2002. Pengaruh Ragi: Saccharomyces
Cerevisiae dan Ragi Laut sebagai Pakan Imbuhan Probiotik terhadap Kinerja
Unggas. JITV. 7(1).
Landecker, E.M. 1972. Fundamental of the Fungi.
Prentice Hall Inc. Newyork University. Newyork. Usa. Pp. 59-61.
Life Source Basics. 2002. Wgp. Beta Glucan. Http:
Www. Life Source Basics.Com/Beta_Glucan .Htm. (28
Desember 2021)
Ratnaningsih, A. 2000. Pengaruh pemberian Probiotik
S. cerevisiae dan bioplus pads ransum ternak domba terhadap konsumsi bahan
kering, kecernaan dan konversi ransum (in vivo). Skripsi Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran. Bandung.
Roberfoid, M.B. 2000 .Prebiotics and probiotics:are
they functional foods 1-3 Am . J. Clin. New. 71 (Suppl): 16828-16878.
SANGER. 2004. Peptidase of Saccharomyces cerevisae. Http//merops.Sanger.ac.
Uk/speccards/peptidase/spOO 0895 .htm. (28 Desember 2021)
Shin, T., S. Hyung., K. Kyun and A. Choong. 1989.
Effects of Cyc on the Performance of Dairy, Beef Cattle and Swine. Seoul,
Korea.
Wina, E. 2000. Pemanfaatan ragi (yeast) sebagai
pakan imbuhan untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Wartazoa 9(2):
50-56.
Comments
Post a Comment