Manfaat Darah Biru Kepiting Tapal Kuda dalam Industri Kesehatan

Penulis : Seviyani


Gambar 1. Kepiting tapal kuda dalam industri kesehatan

(Sumber: Natural History Museum)

        Kepiting tapal kuda merupakan spesies artropoda yang secara teknis lebih dekat hubungannya dengan laba-laba dan kalajengking daripada kepiting (Leibach, 2020). Kepiting tapal kuda lebih tua dari dinosaurus, mereka telah ada selama 450 juta tahun. Ada empat spesies yang termasuk dalam keluarga kepiting tapal kuda, di antaranya hidup di Asia, di sekitar pantai India, Vietnam, Cina, Kalimantan, Jepang bagian selatan dan sepanjang pantai timur Amerika Utara. Spesies kepiting tapal kuda terdiri dari Tachypleus tridentatus, Tachypleus gigas, Carcinoscorpius rotundicauda dan Limulus polyphemus (Pavid, 2021).

        Hal yang luar biasa dari kepiting tapal kuda adalah darahnya, terlepas dari warnanya yang unik yaitu biru muda, darahnya dapat mendeteksi jejak keberadaan bakteri dan menjebaknya dalam suatu gumpalan yang tak terhindarkan. Menurut Stromberg (2014) & Ravven (2020) darah kepiting tapal kuda berwarna biru dikarenakan darahnya menggunakan protein berbeda, yang disebut hemosianin, untuk mengikat oksigen. Pada kepiting tapal kuda, oksigen tidak dibawa dalam sel darah merah yang kaya zat besi seperti pada mamalia. Sebaliknya, protein pengangkut oksigen dalam darah merupakan hemosianin yang mengandung tembaga, dikarena proses pengikatan itu melibatkan atom tembaga, maka darah tampak biru saat mengikat oksigen.

        Darah kepiting tapal kuda dapat membantu menjaga sebagian besar dari kita tetap hidup, salah satu alasannya adalah kemungkinan besar vaksin diuji keamanannya menggunakan darah kepiting tapal kuda dan karena mereka juga berperan besar dalam menciptakan suntikan Covid-19 (Pavid, 2021). Darah kepiting tapal kuda merupakan basis dari standar tes kesehatan berkualitas tinggi yang digunakan di seluruh dunia untuk vaksin dan obat-obatan suntik lainnya, cairan infus serta perangkat medis implan. Secara khusus, tes, atau pengujian, mengidentifikasi apakah kontaminan bakteri tertentu yang disebut endotoksin dapat merugikan kesehatan manusia jika muncul dalam konsentrasi tinggi dalam darah (Leibach, 2020).

 

Gambar 2. Panen darah kepiting tapal kuda

(Sumber: Green Queen)

        Kepiting tapal kuda menyediakan produk biomedis penting yaitu, Limulus Amebocyte Lysate (LAL) dan Tachypleus Amebocyte Lysate (TAL), yang diproduksi dengan melisiskan sel darah (amebosit) menggunakan air suling bebas endotoksin. LAL/TAL digunakan untuk mendeteksi dan mengukur lipopolisakarida (endotoksin), yaitu toksin penting dari bakteri Gram-negatif (John, et al. 2011). Cara kerja darah kepiting tapal kuda dalam mendeteksi endotoksin adalah dengan cara membekukan darah yang dihasilkan dari reaksi enzimatik. Setelah gumpalan terbentuk, amebosit melepaskan faktor lain yang bekerja untuk menghancurkan sumber infeksi. Amebosit adalah sel serba guna. Sel ini mengumpulkan, menjebak bakteri, dan menghasilkan gumpalan di sekitarnya, serta mampu melepaskan zat yang akan membunuh atau melumpuhkan bakteri. Ini adalah sel serba guna yang jauh lebih efektif daripada apa pun yang kita miliki sebagai manusia (Leibach, 2020).

            Namun, akankah permintaan darah kepiting tapal kuda dalam bidang biomedis dapat berdampak pada turunnya populasi spesies kepiting tapal kuda? Menurut Leibach (2020) Dellinger dan tim dari Kepley Biosystems Inc memelihara kepiting tapal kuda melalui aquakultur dan mengambil darahnya sendiri untuk kebutuhan LAL. Dengan begitu, mereka bisa membantu menjaga populasi kepiting tapal kuda tanpa merusak populasinya di alam liar, mereka memiliki potensi untuk dapat meningkatkan jumlah LAL yang dapat diproduksi per-kepiting setiap tahun secara eksponensial. Jika seluruh produksi LAL dari kepiting tapal kuda memerhatikan kelestarian populasinya, mungkin saja presentase turunya populasi dari kepiting tapal kuda akan berkurang.

Gambar 3. Aquakultur kepiting tapal kuda tim Kepley Biosystems Inc

(Sumber: University of Georgia Marine Extension and Georgia Sea Grant)

        Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) di Asia, masa depan populasinya suram. Di sana, versi pengujian dibuat dengan darah dari dua spesies kepiting tapal kuda dari genus Tachypleus. Salah satu spesies tersebut telah terdaftar sebagai terancam punah. Empat spesies kepiting tapal kuda yang masih ada terancam, karena penangkapannya yang berlebihan untuk digunakan sebagai makanan, umpan, produksi produk biomedis yang berasal dari darah mereka, dan karena hilangnya atau perubahan habitat yang dikarenakan pengembangan garis pantai dan pelindung terhadap erosi pantai (IUCN, 2020).

 

Daftar Pustaka

International Union for Conservation of Nature (IUCN). 2020. Horseshoe Crab. https://www.iucn.org/commissions/ssc-groups/invertebrates/horseshoe-crab. (diakses pada tanggal 26 Desember 2021).

John, B. A., Jalal, K. C. A., Zaleha, K., Armstrong, P., & Kmaruzzaman, B. Y. (2011). Effects of blood extraction on the mortality of Malaysian horseshoe crabs (Tachypleus gigas). Marine and Freshwater Behaviour and Physiology. 44(5) : 321-327.

Leibach J. 2020. Blood Draw at The Horseshoe Corral. NC State University.

Pavid K. 2021. Horseshoe Crab Blood : The Miracle Vaccine Ingredient Tha’s Saved Millions of Lives. Natural History Museum.

Ravven W. 2020. How a Study of Horseshoe Crabs Led to Safer Joint Replacement. University of California San Francisco.

Stromberg J. 2014. Why Some Animals Have Blue, Green, Or Purple Blood. https://www.vox.com/xpress/2014/10/31/7133779/blood-blue-green-purple. (diakses pada tanggal 26 Desember 2021).



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
For More Information:
Email            : bioindustryinnovation@gmail.com
Instagram    : bic_unas
Facebook    : BIC Unas

Comments

Popular posts from this blog

Aspergillus niger sebagai Jamur Fungsional dalam Bidang Pertanian

Pemanfaatan Bulu Babi (Diadema Setosum) sebagai Sumber Pangan

Manfaat Saccharomyces cerevisiae Pada Bidang Peternakan