Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Pengobatan Penyembuhan Luka

 

Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Pengobatan Penyembuhan Luka

Penulis: Dea Pusvitasari

 

 

    Tanaman binahong (Anredera Cordicofolia) adalah tanaman obat  potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran cina dengan nama asalnya adalah dhengshanchi dan di negara inggris di sebut madeira vine. Tanaman binahong atau yang lebih dikenal dangan Anredera Cordicofolia (Ten) Steenis termasuk dalam famili Basselaceae merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar kedepan untuk di teliti sebagai bahan fitofarmaka (Fitriyah et al., 2013).

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Magnoliophyta

Kelas               : Magnoliopsida

Ordo                : Caryophyllales

Famili              : Basellaceae

Genus              : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia

 

    Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan sebutan madeira vine yang dipercaya memiliki kandungan antiaoksidan tinggi dan antivirus. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas (Fitriyah et al., 2013). Nur Imam (2009) menjelaskan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah tanaman binahong. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten) steenis) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi jenis penyakit.

    Manoi (2009), menyatakan bahwa semua bagian dari tanaman binahong ini dapat dimanfaatkan sebagai obat, mulai dari batang, akar, bunga, dan daun. Namun, yang paling sering dimanfaatkan untuk kesehatan sebagai obat herbal adalah daunnya. Shabella (2012), menyatakan bahwa di kalangan masyarakat daun binahong dimanfaatkan untuk mengobati rasa nyeri, maag, sariawan, memberi stamina ekstra, melancarkan peredaran darah, dan asam urat. Selain itu mengkonsumsi binahong juga dapat mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, mengobati diabetes mellitus, menurunkan kolesterol, dan menyembuhkan luka.

    Bagian tanaman binahong yang bermanfaat sebagai obat pada umumnya adalah daun. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri daun binahong dan kandungan metabolit sekundernya pernah dilakukan, bahwa dalam simplisia daun binahong terkandung senyawa alkaolid, polifenol, dan saponin. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai pisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Annisa, 2007). Saponin dibedakan sebagai saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin triterpenoid umumnya tersusun dari sistem cincin oleonana atu ursuna. Glikosida mengandung 1-6 unit minosakarida (Glukosa, Galaktosa, Ramnosa) dan aglikon, disebut sapogenin, mengandung satu atau dua gugus karboksil (louis, 2004).

    Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, yang menyebabkan secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel (Kozier, 1995). Luka pada kulit akan mengalami proses penyembuhan dimulai dari fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi (fase epithelisasidan remodelling) (Robert dan Evans, 2004). Luka yang tidak dirawat dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan pendarahan, oleh karenanya luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri, diperlukan suatu perawatan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi (Syarfati et al., 2011).

    Menurut Pebri (2017), ekstrak daun binahong mampu mempercepat pengecilan ukuran luka. Hal ini mengindikasikan bahwa mengecilnya ukuran luka menunjukkan terjadi proses penyembuhan luka insisi. Kemampuan ini tidak terlepas dari adanya kandungan senyawa aktif yang terdapat pada daun binahong. Rahmawati dan Rochani (2007), mengatakan pada daun binahong terdapat senyawa aktif yaitu saponin triterpenoid, flavonoiod, alkaloid, dan minyak atsiri. Senyawa alkaloid mampu bertindak sebagai antibakteri sehingga mencegah luka terinfeksi bakteri, demikian juga senyawa saponin bekerja dengan membentuk kolagen, sedangkan flavonoid dapat menghentikan perdarahan pada luka (Winarti 2010).

    Proses penyembuhan luka ini juga berkaitan dengan proses eksternal seperti pemberian obat luka. Pada penelitian obat luka yang diberikan adalah ekstrak daun binahong. Seperti halnya pada pengecilan ukuran luka, ekstrak daun binahong, juga mampu mengurangi intensitas warna kemerahan akibat luka. Adanya flavonoid pada daun binahong mampu mengurangi intensitas warna kemerahan. Pengurangan intensitas warna ini disebabkan terhentinya perdarahan pada luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Winarti (2010), yang menyatakan bahwa pada kulit, flavonoid dapat menghentikan pendarahan dari luka dan meningkatkan aktivitas flavonoid sebagai antioksidan. Gambaran proses kemerahan dan udema luka ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses pengurangan intensitas kemerahan dan udema pada luka dalam berbagai perlakuan

    Proses penyembuhan pada tahap selanjutnya adalah terbentuknya keropeng. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pebri (2017) terlihat bahwa ekstrak daun binahong mampu mempercepat terbentuknya keropeng.. Argamula (2008), menjelaskan terbentuknya keropeng merupakan proses awal fase proliferasi pada proses penyembuhan luka. Keropeng yang terbentuk di atas permukaan luka membantu hemostatis dan mencegah kontaminasi luka ke tepi, sel epitel berguna sebagai pelindung antara tubuh dengan lingkungannya. Pembentukan keropeng dilakukan oleh denaturasi protein pada lapisan kulit yang terdapat pada zona koagulasi (Orgil, 2009).

    Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa ekstrak daun binahong sebagai obat luka mampu mempercepat proses penyembuhan luka mulai dari pengecilan ukuran luka, pengurangan intensitas warna kemerahan dan udema, pembentukan awal keropeng dan diakhiri dengan terlepasnya keropeng dibandingkan dengan kontrol. Proses kecepatan penyembuhan luka menggunakan ekstrak daun binahong cenderung tergantung pada konsentrasi ekstrak yang diberikan (Pebri et al., 2017).

 

REFERENSI

Annisa, N. 2007. Uji Aktifi tas Antibakteri Ekstrak Air Daun Binahong (Anredera Scandens (L) Mor ) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumonia dan Bacillus substilis ATTC 6633 Beserta Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung. Skripsi Tidak Diterbitkan Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta

Louis, F.G. 2004. Saponon Glikosides . GeorgersLuis@Friedli.Com, Http: www. Friedi.Comherbsphytochem. Glykosides.Html. Diakses Tanggal 2 Maret 2013

Nur Iman, M. 2009. Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Metanol Bunga Pepaya Jantan (Carica Papaya L) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi Tidak Diterbitkan Surakarta: Fakultas Farmasi UMS Surakarta

Fitriyah N, et al. 2013. Obat Herbal Antibakteri Ala Tanaman Binahong. Jurnal KesMaDaSka. Hlm 116-122

Pebri IG, Rinidar & Amiruddin. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Insisi (Vulnus incisivum) Pada Mencit (Mus musculus). JIMVET.  Vol 2(01): 01-11

Orgil, D.P. 2009. Excision and skin grafting of thermal burn. The New Journal of Medical. 360:893-901

Argamula, G. 2008. Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca) Var Sapientum dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rochani, N. 2007. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi. Surabaya : Fakultas Farmasi UMS Surakarta

Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong. Cetakan Ke-1. Klaten: Cable Book

Syarfati K, Eriani, Damhoeri A. 2011. The potential of jarak cina (Jatrophamultifida L.) secretion in healing newwounded mice. Jurnal Natural; 11(1):16

Kozier, B., Erb, G., Blais, K, dan Wilkinson, J.M. 1995. Fundammentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. California: Addison-Weasley

Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) (Ten) Steenis Sebagai Obat. Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol 15 No 1:3

Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu

 

Comments

Popular posts from this blog

Aspergillus niger sebagai Jamur Fungsional dalam Bidang Pertanian

Pemanfaatan Bulu Babi (Diadema Setosum) sebagai Sumber Pangan

Manfaat Saccharomyces cerevisiae Pada Bidang Peternakan