Kelor (Moringa oleifera) si Superfood yang Mendunia
Kelor (Moringa oleifera) si Superfood yang Mendunia
Penulis: Dinda Triskaprilia
Gambar 1. Daun Kelor
(Berawi, 2019)
Superfood adalah istilah yang digunakan untuk makanan yang memiliki nutrisi dan manfaat yang relatif tinggi bagi kesehatan. Salah satu dari superfood yang mendunia, yaitu tanaman Kelor (Affini, 2021). Menurut Dani (2019) Kelor dengan nama latin (Moringa oleifera) merupakan tumbuhan familia Moringaceae. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kelor memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Daun Kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau, dan bunga ini keluar sepanjang tahun. Kelor diketahui mengandung lebih dari 90 jenis nutrisi berupa vitamin esensial, mineral, asam amino, antipenuaan dan antiinflamasi. Kelor juga mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India, serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit (Nofanda, 2022). Berbagai bagian dari tanaman kelor memiliki banyak khasiat, antara lain; bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki antitumor, antipiretik, antiepilepsi, anti inflamasi, antiulser, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, antibakteri dan anti-jamur bahkan antikanker (Kusmardika, 2020).
Bagian tanaman
Kelor yang sering digunakan sebagai obat adalah biji, daun, dan kulit kayu, dan
berkhasiat sebagai anti diabetes dan antioksidan (Eka, 2022). Daun Kelor
mengandung protein, zat besi dan vitamin C. Oleh karena itu, tidak heran jika daun
Kelor juga disarankan untuk dikonsumsi oleh para ibu hamil dan menyusui.
Kandungan zat besinya yang berkali lipat dari bayam akan baik dikonsumsi oleh
ibu seusai melahirkan. Meskipun zat gizi mikro yang ada pada daun Kelor sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil seperti beta carotene, thiamain (B1), riboflavin
(B2), niacin (B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, seng, dan vitamin C,
tetapi para ahli menyarankan daun kelor tidak dikonsumsi pada trisemester
pertama kehamilan. Hal ini dikarenakan Kelor mengandung bahan kimia pada akar,
kulit kayu dan bunganya, yang bisa berisiko memicu kontraksi rahim, sehingga
dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran (Hasriani, 2019).
Menurut
Hastuti (2022) manfaat daun Kelor bisa didapatkan lewat berbagai cara konsumsi,
misalnya dimasak menjadi menu sayur atau sup, ditumis, dijadikan teh, hingga
diaplikasikan secara topikal pada kulit wajah untuk kesehatan kulit. Teh dari daun Kelor dikenal
mengandung polyphenol yang tinggi,
dan berfungsi sebagai antioksidan yang berguna untuk detoksifikasi tubuh
manusia, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Sebagian kalangan masyarakat
di Jawa, tanaman Kelor juga sering digunakan sebagai campuran untuk memandikan
jenazah. Menurut kepercayaan, campuran tersebut bertujuan untuk membuang ajimat
yang masih melekat pada jasad. Menurut kepercayaan tertentu, Kelor juga bisa
digunakan sebagai penangkal kekuatan magis, ilmu hitam atau guna-guna, serta
ajimat kesaktian. Caranya cukup dengan mengibas-kibaskan setangkai daun Kelor
ke bagian muka, atau bisa juga air rendaman tanaman Kelor disiramkan ke sekujur
tubuh (Hasanah, 2019).
Ternyata, manfaat
dari tanaman Kelor sangat melimpah. Padahal tanaman ini dijadikan ungkapan
“Dunia tidak selebar daun Kelor”. Asal kita dapat mengolahnya dengan benar dan
tidak berlebihan dan mengkonsumsinya. Tak salah bila tanaman Kelor ini diberi
julukan Superfood.
REFERENSI
Affini, L. N., Setyorini, A., Nur'aini, S., & Zaidah, N.
(2021). Ibm Daun Kelor Sebagai Super Food Kelurahan Bongsari Kecamatan Semarang
Barat. In Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (Vol. 2, No. 2, Pp. 169-178).
Berawi, K. N., Wahyudo, R., & Pratama, A. A. (2019).
Potensi terapi Moringa oleifera (Kelor) pada penyakit degeneratif. Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung, 3(1), 210-214.
Dani, B. Y. D., Wahidah, B. F., & Syaifudin, A. (2019).
Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa Oleifera Lam.) Di Desa Kedungbulus Gembong
Pati. Al-Hayat: Journal Of Biology And Applied Biology, 2(2), 44-52.
Eka Fitriana, D. (2022). Kajian Potensi Antidiabetes
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera L) Terhadap Penurunan Nilai Kadar Gula
Darah, Malonaldehide, Trigliserida Dan Berat Badan Secara In Vivo (Doctoral
Dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
Hasanah, M., Fitriana, E. R., Indriati, N., Masruroh, S.,
Sulastri, S., & Novia, C. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Diversifikasi Olahan Daun Kelor. Teknologi Pangan: Media Informasi Dan
Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian, 10(1), 41-45.
Hasriani, S. (2019). Efek Pemberian Tabletzat Besi (Fe)
Dan Teh Daun Kelor (Moringa Oleifera Tea) Terhadap Berat Badan Dan Kadar
Leukosit Ibu Hamil (Doctoral Dissertation, Universitas Hasanuddin).
Hastuti, A. P., & Sari, A. N. (2022). Pengaruh Teh Daun
Kelor (Moringa Oleifera L) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Penderita
Anemia. Avicenna: Journal Of Health Research, 5(1).
Kusmardika, D. A. (2020). Potensi Aktivitas Antioksidan Daun
Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Mencegahan Kanker. Journal Of Health
Science And Physiotherapy, 2(1), 46-50.
Nofanda, I. W. I. D. (2022). Skrining Fitokimia Dan
Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Dengan Metode Dpph (Doctoral
Dissertation, Universitas Dr. Soebandi).
Comments
Post a Comment